Spektrometer resonansi magnetik inti 1H (1H NMR)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Kamis, 14 Maret 2013

Spektrometer resonansi magnetik inti 1H (1H NMR)

   Spektrosfotokopi resonansi magnet inti didasarkan pada pengukuran absorbsi radiasi elektromagnetik pada daerah frekuensi radio 4 – 600 MHz atau panjang gelombang 75 – 0,5 m, oleh partikel (inti atom) yang berputar di dalam medan magnet. NMR bekerja secara spesifik sesuai dengan inti atom yang dipakai. 1H NMR paling banyak dipakai karena inti proton paling peka terhadap medan magnet dan paling melimpah di alam (Hendayana, dkk, 1994).
Fenomena resonansi magnet inti terjadi bila inti yang meyearahkan terhadap medan magnet yang digunakan direduksi untuk menyerapkan tenaga dan orientsi spin mereka berubah. Penyerapan tenaga adalah merupakan proses quantinized, dan tenaga yang diserap harus sama dengan perbedaan tenaga antara dua kedudukan yang terlibat.
      Eyang diserap = (Ekedudukan -1/2 – Ekedudukan +1/2) = h.υ Dalam praktek perbedaan tenaga ini adalah merupakan fungsi dari kekuatan medan magnet yang digunakan, H0. Makin besar medan magnet yang digunakan, makin besar perbedaan tenaga antara kedudukankedudukan spin yang ada, Δ E = f (H0). Besarnya pemisahan tingkatan tenaga juga tergantung pada inti yang terlibat.
Tenaga diserap oleh proton karena pada kenyataan bahwa mereka mulai “precess” (berputar miring) dalam medan magnet yang digunakan. Inti yang berputar akan mempunyai kelakuan yang sama oleh pengaruh medan magnet yang digunakan. Bila medan magnet diberikan, inti akan mulai presesi sekitar sumbu putarnya sendiri dengan frekuensi angular/sudut, ω. Frekuensi saat mana proton akan presesi adalah berbanding langsung dengan kekuatan medan magnet yang digunakan.
Bila medan magnet yang digunakan lebih kuat, maka kecepatan presesi (frekuensi angular) lebih cepat. Untuk proton, jika medan magnet yang digunakan adalah 14.100 Gauss, maka frekuensi presesi akan sekitar 60 Mhz (masuk dalam frekuensi radio).
Karena inti mempunyai muatan, maka maka presesi menghasilkan getaran medan listrik dengan frekuensi yang sama. Jika gelombang frekuensi radio dari frekuensi yang sama ini digunakan terhadap proton yang berputar, maka tenaga dapat diserap. Bila frekuensi dari komponen medan listrik yang bergetar dari radiasi yang datang tepat sama dengan frekuensi dari medan listrik yang dihasilkan oleh inti yang berputar, dua medan magnet dapat bergabung, dan tenaga dapat dipindahkan dari radiasi yang datang ke inti, hingga menyebabkan muatan berputar. Keadaan ini disebut resonansi, dan dikatakan inti beresonansi dengan gelombang elektromagnetik yang datang.
Kegunaan besar dari resonansi magnetik inti adalah karena tidak setiap proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingi elektron dan menunjukan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan proton lainnya. Protonproton dlindungi oleh elektron-elektron yang mengelilinginya. Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan yang mengenainya dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang digunakan. Akibat secara keseluruhan adalah inti/proton merasakan adanya pengurangan medan yang mengenainya. Karena inti merasakan medan magnet yang lebih kecil, maka ia akan mengalami presesi pada frekuensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam molekul mempunyai lingkungan kimia yang sedikit berbeda dan mempunyai perlindungan elektron yang sedikit berbeda yang akan mengakibatkan dalam frekuensi resonansi yang sedikit berbeda.
Sehingga sangat sukar untuk mengukur secara tepat frekuensi resonansi untuk setiap proton. Namun demikian ada suatu usaha dengan menggunakan senyawa standar frekuensi yang ditambahkan dalam larutan senyawa yang akan diukur, dan frekuensi resonansi setiap proton dalam cuplikan diukur relatif terhadap frekuensi resonansi dari proton-proton senyawa standar. Dengan kata lain, perbedaan frekuensi diukur secara langsung. Hingga bila senyawa lain diukur, maka resonansi dari protonnya
dicatat dalam pengertian berapa jauh (dalam Hz) mereka digeser dari proton-proton senyawa standar. Bilangan pergeseran (Hz) untuk proton akan tergantung pada kekuatan dari medan magnet yang digunakan.
Tetapi hal ini akan membingungkan jika memakai spektrometer yang berbeda dalam kekuatan medan magnet yang digunakan. Oleh sebab itu digunakan parameter baru yang tidak tergantung pada kekuatan medan.
Dalam hal ini harga/bilangan pergeseran diperoleh dengan cara membagi pergeseran untuk suatu proton yang sedang diamati (Hz) dengan frekuensi dari spektrometer (Hz), disebut pergeseran kimia (δ). Harga δ untuk semua proton akan selalu sama tak tergantung apakah pengukuran dilakukan pada frekuensi spektrometer yang digunakan. Berdasarkan persetujuan, kebanyakan kimiawan melaporkan
pergesan kimia dalam satuan delta (δ), atau “parts per million” (ppm) terhadap frekuensi spektrometer yang dipakai. Spektrometer 1H NMR biasanya mencatat dari harga δ yang tinggi ke harga yang rendah .
Peralatan spektrometer NMR terdiri dari beberapa komponen: (1) pemancar frekuensi radio, (2) medan magnet, (3) tabung cuplikan, (4) penerima frekuensi radio dan detektor, dan (5) rekorder
More aboutSpektrometer resonansi magnetik inti 1H (1H NMR)

Spektrofotometer infra merah (IR)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

Spektrofotometer infra merah (IR)

Seperti dengan metode spektrosfotokopi UV-vis, bila sinar IR dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah frekuensi yang lain akan diteruskan. Karena atom-atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi, maka penyerapan frekuensi (energi ini mengakibatkan terjadinya transisi diantara tingkat vibrasi dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi. Metode ini juga digunakan dalam mendeteksi gugus fungsional, engidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran . Radiasi IR tertuju secara luas kepada seluruh bagian dari spektrum elektromagnetik antara daerah visibel dan gelombang mikro. Secara praktik dalam kimia organik pemakaian panjang gelombang dibatasi antara 4000 sampai 400 cm-1. Daerah antara 14.290 – 4000 cm-1 disebut IR dekat dan 700 – 200 cm-1 IR jauh.
Radiasi IR antara 10.000 – 100 cm-1 diserap dan dirubah oleh molekul organik menjadi energi molekular vibrasi. Penyerapan ini juga terkuantisasi, tetapi spektrum vibrasi menunjukan ikatan-ikatan sebagai garis-garis dikarenakan perubahan suatu energi vibrasi tunggal diikuti dengan perubahan energi rotasi. Sebagian besar hal ini terjadi antara 4000
sampai 400 cm-1, di sinilah yang perlu menjadi pusat perhatian. Frekuensi atau panjang gelombang absorpsi tergantung pada massa relatif atom-atom, tetapan gaya dari ikatan-ikatan, dan geometri atom-atom. Spektrum IR mengandung banyak campuran yang dihubungkan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dengan molekul, dan karena
mempunyai karakteristik yang unik untuk setiap molekul maka dalam spektrum ini juga akan memberikan pita-pita serapan yang khas juga. Bentuk pita ini dikenal sebagai finger print dari molekul. Daerah yang mengandung sejumlah besar vibrasi tertentu yang tak dapat ditelaah yang berkisar dari 900 – 1400 cm-1 sering disebut juga daerah finger print.
Untuk mengidentifikasi senyawa yang tak dikenal, seorang hanya perlu membandingkan spektrum IR dengan sederet spektrum standar yang dibuat pada kondisi yang sama.
Dengan pengujian sejumlah besar senyawa-senyawa terhadap
senyawa-senyawa yang sudah diketahui mengandung gugus fungsiona.
More aboutSpektrofotometer infra merah (IR)

Spektrofotometer ultrviolet-visibel (UV-vis)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

       Spektrofotometer ultrviolet-visibel (UV-vis)
 
Spektrosfotokopi merupakan studi mengenai interaksi cahaya dengan atom atau molekul. Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagai cahaya tersebut akan terserap oleh molekul tersebut. Banyaknya sinar yang diabsorbsi adalah sebanding dengan konsentrasi senyawa yang dianalisis.
Spektrosfotokopi ultraviolet-visibel adalah pengukuran jumlah radiasi UV-vis yang diserap oleh senyawa sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. Panjang gelombang serta intensitasnya ini tergantung dari jenis ikatan dan gugus karakteristik dari molekul.
Spektrum tampak (visibel) terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah), sedangkan spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai dengan 400 nm . Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-vis tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektrum UV-vis dari senyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi elektron diantara tingkatan-tingkatan tenaga elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Tetapi dalam praktek, UV-vis digunakan terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi.
Spektrum UV-vis adalah suatu gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau absorbansi). Sering gambar ditunjukan sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakan panjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar, Emax atau log Emax.
Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam spektrosfotokopi ultraviolet-visibel adalah:
1. Gugus kromofor, yaitu suatu gugus kovalen tidak jenuh yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-vis.
2. Gugus auksokrom, yaitu suatu gugus fungsional bersifat jenuh yang jika terikat pada suatu gugus kromofor maka akan menyebabkan timbulnya pergeseran puncak serapan gugus kromofor tersebut ke panjang gelombang yang lebih besar dan juga mempertinggi
intensitasnya.

3. Pergeseran Batokromik adalah pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang yang lebih besar (disebut juga red shift atau batocrhromic shift). Hal ini terjadi karena pengaruh pelarut atau efek  subsitusi.
4. Pergeseran Hipsokromik (hipsocromic shift atau blue shift) adalah pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih kecil/pendek.
5. Efek Hiperkromik adalah efek yang disebabkan oleh gugus fungsi sehingga menyebabkan kenaikan nilai intensitas serapan maksimum.
6. Efek Hipokromik adalah efek yang disebabkan suatu gugus sehingga menyebabkan penurunan nilai intensitas serapan maksimum.
7. ε1 1% cm adalah ekstingsi suatu lintasan sinar dengan panjang 1 cm dari larutan dengan konsentrasi 1%. Instrumen yang digunakan untuk mempelajari serapan atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang disebut “spektrometer atau spektrofotometer”. Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: (1) sumber tenaga radiasi yang stabil, (2) sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin, celah-celah, dan lain-lain, (3) monokromator untuk merubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang tunggal, (4) tempat cuplikan yang transparan, dan (5)
detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat
More aboutSpektrofotometer ultrviolet-visibel (UV-vis)

Kromatografi kolom

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

Kromatografi kolom
 
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik adalah, adsorben dibuat seperti bubur dengan pelarut elusi, kemudian dimasukan ke dalam tabung pemisah.
Sebagai bahan sorbsi digunakan bahan yang sama dengan kromatografi lapis tipis yaitu silika gel, aluminium oksida, poliamida, selulosa, selanjutnya juga arang aktif dan gula tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat dibedakan kromatografi elusi, kromatografi garis depan, dan kromatografi pendesakan.
Yang paling sering digunakan adalah kromatografi elusi. Untuk itu larutan pekat senyawa yang diperiksa dimasukkan ke dalam kolom, kemudian pelarut elusi ditambahkan dan sedapat mungkin dibiarkan mengalir pada suhu dan kecepatan aliran yang konstan, sampai tercapai pemisahan. Campuran senyawa akan terpisah menjadi zona-zona. Zona adalah bagian kolom pemisahan yang mengandung senyawa yang ditentukan.
Pada kromatografi garis depan, larutan yang diperiksa ditambahkan pada kolom secara kontinyu. Larutan mengandung zat yang lebih kuat diadsorbsi dibandingkan pelarutnya. Yang akan mengalir keluar adalah pelarut murni, sampai seluruh kolom dilapisi zat yang larut. Karena zat ini saling mendesak, maka masing-masingnya akan tampak sebagai zona yang dibatasi tanpa ruang antara. Untuk pelaksanaan kromatografi pendesakan juga mula-mula larutan pekat zat yang diperiksa ditambahkan dalam kolom. Kolom ini tidak dikembangkan dengan pelarut murni atau campuran pelarut elusi, tetapi dengan larutan zat yang lebih kuat diadsorbsi dari semua komponen yang diperiksa. Zat yang dinyatakan sebagai pendesak akan bekerja dengan menggeser semua komponen lain, yaitu zat yang hendak dipisahkan, yang kemudian masing-masingnya akan menjadi pendesak bagi yang berikutnya.
Zat yang bergerak cepat akan segera meninggalkan kolom selama proses kromatografi dan akan muncul di eluat yaitu dalam cairan yang keluar. Eluat ditampung dengan sejumlah tabung reaksi secukupnya, difraksinasi dan fraksi yang mengandung zat yang sama disatukan. Jika hasil yang keluar harus ditampung dalam porsi yang sangat banyak, maka
digunakan penampung fraksi. Penampung fraksi adalah suatu peralatan otomatis sebagai pengganti tabung reaksi sebagai wadah penampung yang setelah satuan waktu tertentu yang dapat disetel setelah diperoleh suatu volume penuh tertentu akan berubah secara otomatis.
Zat yang bergerak lambat, selama proses kromatografi tidak terelusi. Zat ini akan tinggal tetap dalam kolom dan setelah berakhirnya pengembangan dan pemisahan mekanik kolom dielusi dan adsorben secara ekstraksi dengan pelarut yang sesuai.
Kromatografi kolom pertama-tama digunakan untuk mendapatkan hasil zat murni secara preparatif dari campuran, tetapi kemudian digunakan untuk pemisahan zat pada penentuan kuantitatif, untuk pemurnian pelarut organik dari senyawa yang mengadsorbsi lemak, bahkan untuk pemisahan diastereomer dan rasemat. Pemisahan rasemat tentu saja dengan menggunakan bahan sorbsi aktif optik.
More aboutKromatografi kolom

Kromatografi lapis tipis (KLT)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

Kromatografi lapis tipis (KLT)

Salah satu metode pemisahan yang sederhana ialah kromatografi lapis tipis. Pada dasarnya prinsip pada KLT sama dengan kromatografi kertas hanya KLT mempunyai kelebihan yang khas dibandingkan dengan kromatografi kertas yaitu keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaannya.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, ataupun preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai pada kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi/KCKT. Analisis dari KLT dapat membantu menentukan pelarut terbaik apa yang akan dipakai dan berapa perbandingan antar pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak pada kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis sangat berhubungan dengan kromatografi kolom, hal ini karena fasa-fasa senyawa yang digunakan dalam teknik keduanya sama. Alumina dan silika gel adalah fasa diam yang biasa digunakan, dan fasa geraknya menggunakan eluen yang sama. Walaupun demikian, tetap terdapat perbedaan antara KLT dan kromatografi kolom. Fasa gerak (cair) di dalam kromatografi kolom bergerak turun, sedangkan dalam KLT bergerak naik. Bahan fasa diam yang digunakan dalam kromatografi kolom yang berupa kolom digantikan dengan suatu lapisan tipis (tebalnya 100 μm) pada KLT, yang merata pada seluruh bagian permukaannya. Bahan-bahan dari gelas atau lembaran-lembaran plastik dapat digunakan sebagai bahan pendukung fasa diam untuk lapis tipisnya.
Sangat dimungkinkan bagi kita untuk menyiapkan lembaran KLT yang dari gelas, tetapi untuk yang bahan pendukungnya plastik hanya tersedia secara komersil. Lembaran yang pendukungnya plastik sangat menarik karena dapat dipotong dengan gunting menjadi lembaran-lembaran yang lebih kecil dengan berbagai ukuran. Biasanya lembaran kecil itu berukuran 1×3 inci tetapi untuk lembaran yang lebih kecil dapat disesuaikan.
KLT mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: waktu yang dibutuhkan tidak lama (2 – 5 menit) dan sampel yang dipakai hanya sedikit sekali (2 – 20 μg). Kerugiannya dengan menggunakan KLT adalah tidak efektif untuk skala industri. Walaupun lembaran KLT yang digunakan lebih lebar dan tebal, pemisahannya sering dibatasi hanya sampai beberapa
miligram sampel saja . 
Larutan cuplikan atau sampel ditotolkan pada plat dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1 – 2 cm dari batas plat. Setelah kering plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak sampai pada batas tertentu.
Proses pengembangan dikerjakan dalam wadah tertutup yang diisi eluen dan telah dijenuhi uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang baik.
Langkah selanjutnya yaitu mengeringkan sisa eluen dalam plat, kemudian melakukan identifikasi yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pengamatan langsung (untuk noda/bercak yang tampak), dengan lampu ultraviolet, atau dengan pereaksi semprot penimbul warna . Dalam penelitian ini menggunakan pereaksi yang
digunakan adalah Dragendorff.
More aboutKromatografi lapis tipis (KLT)

Maserasi

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

                                              Maserasi

Analisis suatu senyawa organik dilakukan terhadap senyawa organik yang telah diisolasi dari bahan alam. Bahan alam yang dimaksudkan di sini adalah bagian dari tumbuhan yang telah dipilih untuk dilakukan isolasi.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini teknik isolasi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel tumbuhan.
Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam, karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi kontak sampel dan pelarut yang cukup lama, dan dengan terdistribusinya pelarut organik yang terus menerus ke dalam sel tumbuhan mengakibatkan perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga pemecahan dinding dan membran sel dan metabolit sekunder yang berada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik, dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel. Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap.
More aboutMaserasi

Pemeriksaan Glikosida

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

Pemeriksaan Glikosida
 
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 % dan 3 bagian volum air suling ditambah dengan 10 ml HCl 2N. Direfluks selama 30 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, lalu didiamkan selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2 isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan kedalam tabung reaksi, diuapkan di penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu.
More aboutPemeriksaan Glikosida

Uji Pemeriksaan Alkaloida

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

 Pemeriksaan Alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut :
a. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat
c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof
Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan diatas
More aboutUji Pemeriksaan Alkaloida

MIKROBIOLOGI : ISOLASI DAN PENANAMAN MIKROBA

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak



MIKROBIOLOGI : ISOLASI DAN PENANAMAN MIKROBA
 

Percobaan mikrobiologi Isolasi dan Penanaman Mikroba bertujuan untuk mengenal dan membuat berbagai macam medium yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, mengenal dan melakukan teknik menanaman bakteri serta mengisolasi bakteri untuk mendapatkan biakan murni. Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah inokulasi bakteri dengan konsepsi biakan murni yaitu dengan memisahkan campuran mokroorganisme sehingga membentuk koloni yang terpisah antara satu strain atau jenis mikroba dengan mikroba lainnya dengan menumbuhkan mikroorganisme pada media agar sehingga masing-masing mikroba bisa tumbuh secara berjauhan dan setiap selnya berhimpun membentuk koloni.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu dengan metode streak ( penggoresan ). Metode streak dilakukan untuk memperoleh biakan murni karena pada goresan terakhir akan didapatkan koloni bakteri yang semakin berjauhan sehingga diharapkan goresan yang terakhir adalah biakan murni. Penginokulasian bakteri dengan metode ini dengan menggunakan jarum ase..
Pada percobaan ini digunakan bakteri yang bersifat aerob yaitu Staphylococcus aureus.  Bakteri tersebut diinokulasi pada medium cair, medium agar, dan medium agar miring. Pada pembuatan medium nutrient cair digunakan nutrien-nutrien berupa ekstrak ragi, pepton, dan NaCl. Sedangkan pada medium padat nutrien-nutrien sama dengan nutrien cair hanya ditambahkan bubuk agar yang berasal dari alga yang berfungsi sebagai bahan pemadat.
Ekstrak ragi digunakan karena ekstrak ragi mengandung natrium karbinat dan natrium bikarbonat yang berfungsi sebagai sumber karbon . Ragi disini juga berfungsi sebagai  sumber makanan bagi bakteri. Hal ini karena sejumlah mikroorganisme membutuhkan sejumlah karbon dalam bentuk karbondioksida tetapi kebanyakan diantaranya juga membutuhkan beberapa senyawa karbon organik, seperti gula, dan karbohidrat. Pepton juga berfungsi sebagai protein karena pepton merupakan senyawa organic dalam bentuk asam-asam amino yang merupakan sumber nitrogen (N), yang penting bagi pertumbuhan bagi bakteri.
NaCl berfungsi sebagai sumber ion logam Natrium karena semua organisme hidup membutuhkan beberapa unsure logam seperti natrium, kalium, magnesium, mangan, besi, tembaga, dan kobalt. Berbagai sumber tersebut digunakan untuk pertumbuhan yang normal, tidak terkecuali kuman. Ketiganya merupakan nutrien-nutien atau unsur hara yang diperlukan bakteri agar dapat tumbuh dengan baik.
Medium nutrien cair dan padat telah dibuat kemudian disterilkan dengan dimasukkan kedalam autoklaf. Sebelum medium-medium tersebut dimasukkan kedalam autoklaf, medium padat yang terdapat dalam cawan petri harus dibungkus terlebih dahulu dengan kertas kemudian dibungkus juga dengan plastik. Hal ini dimaksudkan agar cawan patri tidak basah karena terkena uap air dari autoklaf karena cawan patri harus berada dalam kondisi tetap kering dan steril. Sedangkan untuk medium nutrient cair terdapat pada tabung  yang masih harus tertutupi dengan aluminium foil untuk mencegah kontaminasi dari udara luar.
Autoklaf merupakan alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Autoklaf  memiliki suatu ruangan yang dapat Manahan tekanan diatas 1 atm. Dalam autoklaf, yang mensterilkan adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu, setelah air di dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air maka uap air ini akan mengalir keruangan pensterilan guna mendesak keluar semua udara di dalamnya. Bila masih ada udara yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruangan pensteril yang akan mengganggu naiknya suhu dalam ruangan tersebut.
Medium tempat penginokulasian bakteri memiliki fungsi masing-masing. Medium cair ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Medium agar digunakan untuk memperoleh biakan murni dan medium agar miring digunakan untuk menyimpan (stock) bakteri untuk digunakan lagi di lain waktu.
Hal ini penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman bakteri, yaitu lingkungan harus berada pada kondisi steril atau aseptik. Hal ini dilakukan agar medium tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain dan dapat tumbuh dengan baik, sehingga diperoleh biakan murni. Oleh karena itu, sebelim peralatan untuk inokulasi dipergunakan, terlebih dahulu harus dipanaskan dengan pembakar spirtus.
Pembakaran merupakan cara sterilisasi yang 100% efektif, tetapi cara ini terbatas penggunaannya. Cara ini biasa dipergunakan untuk mensterilkan alat penanam kuman (jarum ose atau sengkelit) yakni dengan membakarnya sampai  pijar. Dengan cara ini semua bentuk makhluk hidup akan dimatikan. Pembakaran juga dilakukan untuk bangkai binatang percobaan yang mati. Setelah keluar dari autoklaf, bakteri kemudian diinokulasi pada medium. Penginokulasian dilakukan dalam sebuah kolom (incase) yang bertujuan agar medium tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya.
Medium untuk penanaman bakteri terdiri dari medium positif, yaitu medium yang akan ditanami dengan bakteri Staphylococcus aureus dan medium negatif atau yang disebut kontrol  yang berfungsi sebagai pembanding untuk pengamatan dan tidak dilakukan inokulasi bakteri terhadapnya. Setelah tahap inokulasi terlalui, kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam dengan mengatur suhu optimum pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus pada suhu 37oC. Temperatur optimum untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus berkisar antara 25-75o C sedangkan temperatur minimum antara (-5) –(-45)oC. Inkubasi merupakan Alat yang digunakan sebagai tempat pertumbuhan bakteri yang akan dibiakkan, yang dapat diatur termperaturnya sehingga sesuai dengan temparatur yang diperlukan bakteri agar dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan secara optimal. Pengaturan temperatur pada temperatur optimum tersebut dimaksudkan agar bakteri mudah berkembang biak dan tumbuh secara optimal. Penginkubasian dilakukan untuk menumbuhkan bakteri yang akan dibiakkan sesuai dengan suhu yang diperlukan bakteri untuk tumbuh. Setelah inkubasi selama 24 jam maka bakteri akan tumbuh pada medium positif dan kemudian dilakukan pengamatan/pembandingan dengan medium negatif. Pada medium nutrien cair dapat dibedakan antara kontrol (medium negatif) dan medium positif. Pada medium positif tampak terdapat endapan putih pada tabung, sedangkan pada kontrol berwarna putih dan tidak terdapat endapan. Pada medium padat 1 (agar) terdapat bintik-bintik putih agak terputus-putus dan jaraknya tidak terlalu rapat (agak berjauhan) dan pada medium padat 2 (agar) terdapat bintik-bintik putih yang bergerombolan seolah membentuk satu blok, bintik-bintik putih tersebut merupakan biakan murni bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada control medium padat tetap bening dan tidak terdapat bintik-bintik putih. Pada medium agar miring, medium positif terjadi kekeruhan dimana timbul bintik-bintik putih yang jaraknya agak berjauhan sehinggan medium menjadi tampak keruh, sangat berbeda dengan kontrol yang berwarna putih bening.
More aboutMIKROBIOLOGI : ISOLASI DAN PENANAMAN MIKROBA

PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak

PEMBUATAN KALIUM NITRAT


Percobaan pembuatan kalium nitrat ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam kalium nitrat hasil reaksi antara Natrium nitrat dan Kalium klorida serta mempelajari pemisahan garam kalium nitrat dari hasil samping natrium klorida berdasarkan perbedaan kelarutan. Prinsip dalam percobaan pembutan garam kalium nitrat ini adalah berdasarkan pada perbedaan kelarutan. Metode yang digunakan yaitu Kristalisasi (yaitu, metode pemisahan dengan cara pembentukan Kristal sehingga campuran dapat dipishkan), dan Rekristalisasi (yaitu, pemurnian endapan yang dihasilkan).
  • Pembuatan garam kalium Nitrat
Percobaan pembuatan garam kalium nitrat ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam kalium nitrat hasil reaksi antara Natrium nitrat dan Kalium klorida. Metode yang digunakan yaitu Kristalisasi.
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan kalium korida (KCl) dengan natriun nitrat (NaNO3)
Garam Kalium klorida dan garam natrium nitrat masing-masing dilarutkan kedalam aquadest dengan tujuan agar garam Kalium klorida dan garam natrium nitrat dapat melarut sehingga terbentuk suatu larutan.
Untuk menghasilkan suatu Kalium nitrat dapat dibuat dari kalium klorida dengan garam natrium nitrat. Jika larutan jenuh dari masing-masing reaksi dicampur, maka NaCl akan mengendap, karena NaCl kurang larut dalam aquadest.
Campuran larutan Kalium klorida dan garam natrium nitrat ini dipanaskan dengan tujuan untuk mempercepat reaks antara larutan Kalium klorida dan garam natrium nitrat.
Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain didalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi dasar untuk pemisahan.
Pada proses pemanasan terjadi suatu proses penguapan yaitu dengan tujuan agar larutan pengotor atau aquadest dapat hilang dengan cara terjadinya pemecahan mejadi gas O2 dan H2 yang akan teruapkan.
Pendinginan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil daya larut, Jika larutan didinginkan, maka larutan akan mengendap. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase yang keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersngkutan.
Setelah itu dilakukan penyaringan dengan tujuan untuk memisahkan suatu endapan dari larutan. Sehingga diperoleh endapan Kalium Nitrat.

  • Rekristalisasi
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pemisahan garam kalium nitrat dari hasil samping natrium klorida. Metode yang digunakan yaitu Rekristalisasi (yaitu, pemurnian endapan yang dihasilkan). Prinsip dalam percobaan pembutan garam kalium nitrat ini adalah berdasarkan pada perbedaan kelarutan
Endapan kalium klorida yang dihasilkan ditambahkan aquadest dengan tujuan agar larutan garam Kalium nitrat dapat terpisah dari hasil samping yang berupa natrium klorida. larutan garam Kalium nitrat dapat terpisah dari natrium klorida karena larutan garam kalium nitrat dan natrium klorida memiliki perbedaan sifat kelarutan. Garam kalium nitrat mudah larut dalam aquadest sedangkan natrium nitrat kurang larut dalam aquadest. Karena larutan garam natrium nitrat bersifat larutan jenuh, yaitu suatu larutan yang tidak bisa mengalami pelarutan kembali.
Larutan garam campuran antara Kalium nitrat dan natrium klorida serta aquadest, dipanaskan dengan tujuan agar kalium nitrat dapat cepat bereaksi dengan kaliun nitrat. Fungsi aquadest yaitu untuk mengikat garam kalium nitrat dan memisahkannya dari hasil samping yaitu berupa natrium klorida.
Pada proses pemanasan terjadi suatu proses penguapan yaitu dengan tujuan agar larutan pengotor atau aquadest dapat hilang dengan cara terjadinya pemecahan mejadi gas O2 dan H2 yang akan teruapkan. Selain itu untuk untuk membuat tekanan total dengan permukaan lebih kecil dari tekanan uap pada suhu tersebut.
Pendinginan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil daya larut, Jika larutan didinginkan, maka larutan akan mengendap. Endapan ini dapat dipisahkan kemudian dimurnikan dengan cara rekristalisasi. Suatu zat gas atau cair dapat mendingin atau memadat serta membentuk Kristal karena mengalami proses kristalisasi. Kristal-kristal juga akan terbentuk dari suatu larutan yang akan dijenuhkan dengan pelarut tertentu. Semakin besar kristalnya maka semakin baik, karena semakin kecil kemungkinan tercemar oleh kotoran.
Setelah itu dilakukan penyaringan dengan tujuan untuk memisahkan suatu endapan dari larutan. Sehingga diperoleh endapan kristal Kalium Nitrat.
Kalium nitrat mengkristal dalam bentuk prisma rombik, tetapi jika larutannya diuapkan perlahan-lahan pada kaca arloji maka akan mengkristal dalam bentuk rombohedial isomof.
More aboutPEMBUATAN KALIUM NITRAT